Selama ini, iklan susu formula cenderung
menyesatkan. Digambarkan, susu tersebut memiliki kandungan mineral
penting yang bisa mencerdaskan anak. Padahal, kandungan susu formula tak
sehebat ASI. Sudah banyak penelitian membuktikannya. ASI makanan
terbaik bayi baru lahir sampai dua tahun, tiada bandingannya.
Sayang, banyak ibu-ibu terbujuk dengan
iklan tersebut, terlebih para ibu pekerja (sibuk). Lebih ironis lagi,
kalangan atas yang notabene terdidik, lebih mempercayakan kecerdasan
anaknya pada susu sapi formula. Padahal meski mahal dan gengsi, tetap
saja tak seideal ASI. Lagipula, konsumsi susu saja tak menjamin anak
cerdas tanpa rangsangan sejak dini. Sementara rangsangan itu paling
efektif diberikan saat menyusui.
Perlu diingat, susu formula yang diperas
dari sapi, didesain agar menyamai ASI. Nutrisi seperti Omega-3, DHA,
AA/ARA pun dibenamkan. Hanya, sehebat apapun, tak ada yang bisa menyamai
ASI 100 persen. Bahkan dalam prosesnya, kerap membahayakan bayi.
Seperti ditemukan kandungan melamin dan bakteri beberapa waktu lalu.
Yang paling penting, ada sistem imun
dalam ASI yang tak ada dalam susu formula. Bayi ASI lebih kebal penyakit
dibanding bayi bersusu sapi. Soal kecerdasan anak ASI, jangan tanya
lagi. Buktikan sendiri!
Bukti Sayang Allah
ASI adalah ungkapan kasih sayang Allah sekaligus hak bagi si bayi. Ibu mendapatkan anugerah luar biasa untuk menjalankan kewajiban memberikan ASI itu pada buah cintanya.
Bukti Sayang Allah
ASI adalah ungkapan kasih sayang Allah sekaligus hak bagi si bayi. Ibu mendapatkan anugerah luar biasa untuk menjalankan kewajiban memberikan ASI itu pada buah cintanya.
Firman Allah SWT: “Para ibu
hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan
dan pakaian kepada para ibu dengan cara makruf. Seseorang tidak dibebani
melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita
kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan
warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum
dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada
dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang
lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran
menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa
Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (Al-Baqarah [2]: 233)
Jika pemerintah baru tahun depan
mengingatkan kembali pentingnya ASI, Allah SWT telah berabad-abad lalu
mengingatkan manusia akan pentingnya ASI. Jauh sebelum ada penelitian
yang membuktikan bahwa dua tahun pertama merupakan 'The golden age',
masa keemasan bagi anak.
Karena itu, disunahkan bagi ibu menyusui
anaknya selama dua tahun. Artinya, sangat dianjurkan oleh para ibu
untuk melaksanakan tugas kodratinya ini, kecuali kondisi darurat.
Jadi, sangat disayangkan jika kaum ibu
mencari-cari alasan untuk mengabaikan tugas menyusui ini. Seperti alasan
bekerja, air susu kering atau sedikit (takut bayi tidak kenyang), atau
takut merusak keindahan payudaranya.
Saking pentingnya ASI, bahkan Allah SWT
memerintahkan untuk mencarikan ibu susuan bagi si bayi, bila ibu
kandungnya tak sanggup menyusui dengan alasan syar'i. Tentu saja, Allah
SWT tidak memerintahkan bayi untuk menyusu pada sapi, sebagaimana
diperankan susu formula. Dengan demikian, hak bayi untuk menyusui tetap
terpenuhi.
Kita bisa bercermin pada kisah Nabi
Musa, di mana dalam keadaan sangat darurat pun, ibundanya berusaha
mencari cara agar tetap bisa menyusui sang buah hati (QS Al-Qashash: 7).
Allah pun berkenan mengabulkan doanya, ketika istri Fir'aun mencari ibu
susuan dan pilihan jatuh pada ibunda Musa (QS Al-Qhashas: 12). Kita,
dalam kondisi normal, masihkah berdalih menolak menyusui demi masa depan
buang hati?
Di sisi lain, ibu susuan 'disetarakan'
dengan ibu kandung. Ini menunjukkan pentingnya menyusui dan hukum-hukum
yang kemudian berlaku. Saudara sepersusuan menjadi mahram (QS
An-Nisaa':23).
Ibadah Terindah
Menyusui bayi, terlebih yang baru lahir, adalah aktivitas yang sangat indah. Mungkin sakit bagi si ibu, sulit bagi si mungil, tapi sungguh pengalaman berharga yang tidak ada bandingannya. Bagaimana ibu-bayi berinteraksi intensif untuk pertama kalinya setelah beberapa menit yang lalu si bayi masih di dalam perut sang bunda.
Ibadah Terindah
Menyusui bayi, terlebih yang baru lahir, adalah aktivitas yang sangat indah. Mungkin sakit bagi si ibu, sulit bagi si mungil, tapi sungguh pengalaman berharga yang tidak ada bandingannya. Bagaimana ibu-bayi berinteraksi intensif untuk pertama kalinya setelah beberapa menit yang lalu si bayi masih di dalam perut sang bunda.
Menyusui bukan sekadar proses pengaliran
ASI ke mulut bayi agar bayi kenyang dan tenang. Menyusui adalah saat
penyaluran kasih sayang, pendidikan sejak dini dan ibadah. Ya, jadikan
proses laktasi sebagai ibadah, bukan sekadar insting keibuan. Berapa
kali bayi mereguk ASI sehari, kali dua tahun lamanya. Senilai itulah
pahala yang didapat ibu. Betapa murah dan mudahnya mendulang pahala bagi
para ibu shalihah ini.
Amru bin Abdullah pernah berkata kepada
isteri yang menyusui bayinya, “Janganlah engkau menyusui anakmu seperti
hewan yang menyusui anaknya karena didorong kasih sayangnya kepada anak.
Akan tetapi susuilah dengan niat mengharap pahala dari Allah dan agar
ia hidup melalui susuanmu itu. Mudah-mudahan ia kelak akan bertauhid
kepada Allah Subhanahuwata'ala.”
Subhanallah, pelajaran yang
sangat berharga. Betapa mungkin kita lupa, menyusui adalah bentuk
investasi kita di dunia dan akhirat. Saat menyusui, adalah saat paling
efektif untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan sang buah hati.
Ajaklah bicara, kenalkan pada Rabb-Nya, beri sentuhan kasih, dan tatap
mata polosnya. Semoga anak kita menjadi anak yang bersyukur pada
Rabb-nya dan orang tuanya.
”Dan Kami perintahkan kepada manusia
(berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang
ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Q.S. Luqman :14)
Jadi tunggu apalagi, wahai para ibu, susuilah anak-anakmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar