Sabtu, 03 Maret 2012

Bahagia, Dimanakah Kau Berada?..

Orang sakit menyangka, bahagia terletak pada kesehatan!
Orang miskin menyangka, bahagia terletak pada harta kekayaan!
Rakyat jelata menyangka kebahagiaan terletak pada kekuasaan!
Orang biasa menyangka bahagia terletak pada kepopuleran!
Dan sangkaan-sangkaan lain..

Ada yang mengejar kebahagiaan pada tahta, pada kekuasaan.
Beragam cara dia lakukan untuk merebut kekuasaan.
Sebab, kekuasaan memang sebuah kenikmatan dalam kehidupan.
Dengan kekuasaan seseorang dapat berbuat banyak.
Tapi, betapa banyak manusia yang justru hidup merana dalam kegemilangan kekuasaan.
Dia sama sekali tidak merasakan kebahagiaan, setelah kuasa di tangan.
Sebelum memegang kuasa, senyuman sering menghiasai bibirnya.
Namun, setelah kuasa di dalam genggaman, kesulitan dan keresahan justru menerpanya, tanpa henti..

Sebagian orang mengejar kebahagiaan pada diri wanita cantik atau pria gagah nan tampan.
Dia menyangka setelah menikah dengan seorang wanita cantik atau pria gagah nan tampan, maka dia akan bahagia.
Tapi, tak lama kemudian, bahtera rumah tangganya kandas.
Di depan sorot kamera, tampak mempelai begitu bahagia, bersanding wanita cantik atau pria gagah nan tampan.
Namun, kecantikan dan ketampanan sering menjadi fitnah dan kemudian membawa bencana.
Pujian yang bertabur dari umat manusia tak membuatnya bahagia.

Sebagian orang mengejar kebahagiaan dengan bekerja keras untuk menghimpun harta.
Dia menyangka, bahwa pada harta yang berlimpah itu terdapat kebahagaiaan.
Maka, setelah dia dapat, dia menjadi pecinta harta.
Toh, setelah harta melimpah ruah, kebahagiaan itu pun tak kunjung menyinggahinya.
Harta yang disangkanya membawa bahagia, justru membuatnya resah.
Hidupnya penuh porblema.
Masalah demi masalah membelitnya.
Tak jarang, harta justru membawa bencana.
Kadang, harta yang ditumpuk-tumpuk, menjadi ajang konflik antar saudara dan keluarga…
Disini Ada Bahagia..

Kondisi senantiasa bahagia dalam situasi apa pun, inilah, yang senantiasa dikejar oleh manusia.
Manusia ingin hidup bahagia. Hidup tenang, tenteram, damai, dan sejahtera.
Tapi, apakah yang dimaksud bahagia?
Semua kenikmatan duniawi bisa menjadi tangga yang mengantar kepada kebahagiaan. Semuanya adalah sarana. Bukan bahagia itu sendiri.
Kebahagiaan adalah kondisi hati, yang dipenuhi dengan keimanan, dan berperilaku sesuai dengan keimanannya itu.
Hidup dengan keyakinan dan menjalankan keyakinan.
Manusia-manusia yang berilmu seperti inilah yang hidupnya bahagia dalam keimanan dan keyakinan; yang hidupnya tidak terombang-ambing oleh setiap keadaan.
Dalam kondisi apa pun, hidupnya bahagia, karena dia sudah mengenal Allah, ridha dengan keputusan Allah, dan berusaha menyelaraskan hidupnya dengan segala macam peraturan Allah yang diturunkan melalui utusanNya.
Dia benar-benar menjadi hamba Allah.
Dalam kondisi apa pun, dalam posisi apa pun, manusia semacam ini akan hidup dalam kebahagiaan.
Hidupnya hanya mengacu kepada Allah, dan tidak terlalu peduli dengan reaksi manusia terhadapnya.
Alangkah indah dan bahagianya hidup semacam itu; bahagia lahir dan batin, dunia dan akhirat…(ustadz abdullah )

memahami makna taqwa

Hai orang-orang yang beriman,bertakwalah kepada Allah dengan sebenar benar takwa dan janganlah kalian mati kecuali dalam keaadaan tunduk ( Islam ) (Ali Imran : 103)
bertakwa adalah adalah menjalankan semua perinta perintah Allah ta'ala dan menjauhi semua larangan - Nya dengan penuh kesadaran dan kesabaran, imam ar_raghib al-ashfani mendifinisikan takwa sebagai upaya menjaga diri dari sesuatu yang menimbulkan dosa. yaitu dengan jalan meninggalkan apa apa yang dilarang Allah, bahkan meninggalkan sesuatu yang dilarang atau dosa.Abu dardak pernah berujar " wujud kesempurnaan takwa adalah apabila seorang hamba takut bermaksiat kepada Allah, sampai sampai takut melakukukan dosa sebesar atom dan sampai sampai is meninggalkan yg diketahuinya mubah,karena khawatir yang didapatinya haram di kemudian hari"
Nampak jelas dari ungkapan( bersambung)

13 Sifat Isteri Solehah

Baik untuk diperhatikan bagi baik yang masih single fighter, pasangan baru, maupun yang tengah dilanda prahara dalam keluarga
1. Mentaati perintah Allah S.W.T dengan mengerjakan segala perintah suami selagi tidak melanggar hukum haram & fardhu dari Allah S.W.T
...
2. Sentiasa menjaga hati suami dengan bercakap dengan perkataan yang lembut-lembut, ceria & bermata jeli.
3. Hendaklah mendengarkan ketika suami berkata-kata sampai selesai dan tidak pernah memotong pembicaraannya... ini penting!
4. Hendaklah sentiasa menyerahkan diri kepada suami apabila diperlukan.
5. Menghiasi diri dengan wangi-wangian dan (bersolek).
6.Tidak berhias dan memakai wangi-wangian semasa ketiadaan suami.
7. Memelihara mulut daripada bau-bauan yang tidak menyenangkan suami.
8. Tidak curang dan mengkhianati suami apabila ketiadaanya dirumah.
9. Hendaklah sentiasa menghormati keluarga suami.
10. Mensyukuri apa yang disediakan oleh suami.
11. Sentiasa menuntut ilmu untuk membekali anak-anaknya.
12. Tidak melakukan puasa sunnah tanpa keizinan suami.
13. Tidak keluar rumah tanpa keizinan suami.

Ketika Cemburu Menghiasi Ikatan

Katanya, cemburu itu tanda cinta. Ketika seseorang mencintai seseorang yang lain karena fitrahnya, kerapkali diselingi rasa cemburu yang satu kepada yang lainnya. Sebabnya banyak. Intinya, takut kehilangan, begitu katanya. Cemburu tidak akan muncul bilamana tidak ada suatu hubungan antara yang satu dengan yang lainnya.
Laki-laki itu terdiam saja sudah beberapa hari belakangan. Melihat itu, sang perempuannya tidak bertanya apa-apa, dia sudah mengerti. Perasaannya bisa menangkap gelagat suaminya itu. Dia sedang cemburu. Sang isteri merasa sangat sedih, hatinya seakan-akan turut merasakan hal yang sama terhadap suaminya, ya, karena ikatan di antara mereka berdua.
“Mas …” Perempuan itu tersenyum lembut sambil berbisik memanggil laki-laki yang sedang termenung itu.
Di sisinya, laki-laki itu diam saja, dia menatap Isterinya dalam-dalam. Dari matanya, bisikan lembut Isterinya itu tak mengena, hanya tatapan bola matanya memancarkan rasa kecewa, ada amarah, sedih, dan kosong…
“Hatinya sedang tidak enak, ya, Mas ?” Kali ini pertanyaan langsung dikeluarkan perempuan itu tepat di depan matanya. Tetap dengan senyuman di bibirnya.
Ketika itu, membludaklah semua isi hati dengan satu kata ampuh: cemburu.
Sang Isteri seharusnya merasa senang karena dicemburui Suaminya, tapi dia malah menangis sesegukan. Tak dinyana, dicemburui telah membuatnya merasa bersalah amat telak. Dia meminta maaf dengan amat sangat, dalam hati tidak mau membuat Suaminya sakit hati, apa pun sebabnya itu. Cemburu telah menyentil hatinya untuk memperbaiki sikapnya sendiri. Baginya itu teguran Suaminya karena dia telah alpa dalam bersikap dengan kurang mengindahkan perasaan hatinya yang berada di tempat lain.
Keesokan paginya, ketika sedang berjalan menuju kantor, tanpa disadarinya, laki-laki itu terjatuh dengan posisi kedua lututnya tertekuk seakan merunduk: Ya, Allah! Laki-laki itu spontan segera beristighfar. Di tengah jalan, di tengah orang banyak, tanpa sebab, dia terjatuh seperti dijatuhkan, dengan posisi seperti itu. Dia segera menangis. Teringat segera olehnya, akan Tuhannya. Hatinya tersentil. Hatinya bergeletar karena serasa sedang ditegur. Kenyataannya, dia sudah lupa kalau dia juga memiliki ikatan yang lain, ikatan yang Maha.
Dia lupa, Tuhannya itu maha pencemburu. Itu juga karena rasa cinta dan takut kehilangan. Kali ini, tidak tanggung-tanggung segala sesuatunya bisa menjadi transaksi tanpa penawaran jika sudah berhubungan dengan rasa cemburu sang Mahakuasa. Cemburunya terhadap Isterinya menjadi tak beralasan lagi kalau sudah begitu.
Laki-laki itu memutuskan untuk segera pulang, di kepalanya terbayang sang perempuannya. Yang akan diciumnya tepat di kening. Kali ini, dia yang akan meminta maaf karena dia lupa, siapa pun bisa alpa, khususnya alpa dalam hal rasa posesif terhadap sesuatu di atas muka bumi ini.
Mendengar cerita itu, saya menjadi mengerti kalau cemburu itu bisa menjadi pemanis hubungan dan bisa membantu seseorang untuk menyadari kembali sejarah ke belakang perjalanan hidupnya dengan siapa saja dia terikat. Dan, saat ini, saya pun sedang sangat bersyukur karena sedang menerima perasaan itu yang telah membuka mata hati saya untuk terus memperbaiki diri…

Menikah itu Nikmatnya cuma 1%, yang sisanya (99%) “Nikmat banget”. Percaya deh!

Di zaman ini tidak ragu lagi penuh godaan di sana-sini. Di saat wanita-wanita sudah tidak lagi memiliki rasa malu. Di saat kaum hawa banyak yang tidak lagi berpakaian sopan dan syar’i. Di saat perempuan lebih senang menampakkan betisnya daripada mengenakan jilbab yang menutupi aurat. Tentu saja pria semakin tergoda dan punya niatan jahat, apalagi yang masih membujang. Mau membentengi diri dari syahwat dengan puasa amat sulit karena ombak fitnah pun masih menjulang tinggi. Solusi yang tepat di kala mampu secara fisik dan finansial adalah dengan menikah.
Menyempurnakan Separuh Agama
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu,  ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا تَزَوَّجَ العَبْدُ فَقَدْ كَمَّلَ نَصْفَ الدِّيْنِ ، فَلْيَتَّقِ اللهَ فِي النِّصْفِ البَاقِي
Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya.” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 625)
Lihat bahwa di antara keutamaan menikah adalah untuk menyempurnakan separuh agama dan kita tinggal menjaga diri dari separuhnya lagi. Kenapa bisa dikatakan demikian? Para ulama jelaskan bahwa yang umumnya merusak agama seseorang adalah kemaluan dan perutnya. Kemaluan yang mengantarkan pada zina, sedangkan perut bersifat serakah. Nikah berarti membentengi diri dari salah satunya, yaitu zina dengan kemaluan. Itu berarti dengan menikah separuh agama seorang pemuda telah terjaga, dan sisanya, ia tinggal menjaga lisannya.
Al Mula ‘Ali Al Qori rahimahullah dalam Mirqotul Mafatih Syarh Misykatul Mashobih berkata bahwa sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambertakwalah pada separuh yang lainnya”, maksudnya adalah bertakwalah pada sisa dari perkara agamanya. Di sini dijadikan menikah sebagai separuhnya, ini menunjukkan dorongan yang sangat untuk menikah.
Al Ghozali rahimahullah (sebagaimana dinukil dalam kitab Mirqotul Mafatih) berkata, “Umumnya yang merusak agama seseorang ada dua hal yaitu kemaluan dan perutnya. Menikah berarti telah menjaga diri dari salah satunya. Dengan nikah berarti seseorang membentengi diri dari godaan syaithon, membentengi diri dari syahwat (yang menggejolak) dan lebih menundukkan pandangan.”
Kenapa Masih Ragu untuk Menikah?
Sebagian pemuda sudah diberikan oleh Allah keluasan rizki. Ada yang kami temui sudah memiliki usaha yang besar dengan penghasilan yang berkecukupan. Ia bisa mengais rizki dengan mengolah beberapa toko online. Ada pula yang sudah bekerja di perusahaan minyak yang penghasilannya tentu saja lebih dari cukup. Tetapi sampai saat ini mereka  belum juga menuju pelaminan. Ada yang beralasan belum siap. Ada lagi yang beralasan masih terlalu muda. Ada yang katakan  pula ingin pacaran dulu. Atau yang lainnya ingin sukses dulu dalam bisnis atau dalam berkarir dan dikatakan itu lebih urgent. Dan berbagai alasan lainnya yang diutarakan. Padahal dari segi finansial, mereka sudah siap dan tidak perlu ragu lagi akan kemampuan mereka. Supaya memotivasi orang-orang semacam itu, di bawah ini kami utarakan manfaat nikah yang lainnya.
(1) Menikah akan membuat seseorang lebih merasakan ketenangan.
Coba renungkan ayat berikut, Allah Ta’ala berfirman,
وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya.” (QS. Ar-Ruum:21).
Lihatlah ayat ini menyebutkan bahwa menikah akan lebih tentram karena adanya pendamping. Al Mawardi dalam An Nukat wal ‘Uyun berkata mengenai ayat tersebut, “Mereka akan begitu tenang ketika berada di samping pendamping mereka karena Allah memberikan pada nikah tersebut ketentraman yang tidak didapati pada yang lainnya.” Sungguh faedah yang menenangkan jiwa setiap pemuda.
(2) Jangan khawatir, Allah yang akan mencukupkan rizki
Dari segi finansial sebenarnya sudah cukup, namun selalu timbul was-was jika ingin menikah. Was-was yang muncul, “Apa bisa rizki saya mencukupi kebutuhan anak istri?” Jika seperti itu, maka renungkanlah ayat berikut ini,
وَأَنكِحُوا اْلأَيَامَى مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَآئِكُمْ إِن يَكُونُوا فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ اللهُ مِن فَضْلِهِ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nuur: 32). Nikah adalah suatu ketaatan. Dan tidak mungkin Allah membiarkan hamba-Nya sengsara ketika mereka ingin berbuat kebaikan semisal menikah.
Di antara tafsiran Surat An Nur ayat 32 di atas adalah: jika kalian itu miskin maka Allah yang akan mencukupi rizki kalian. Boleh jadi Allah mencukupinya dengan memberi sifat qona’ah (selalu merasa cukup) dan boleh jadi pula Allah mengumpulkan dua rizki sekaligus (Lihat An Nukat wal ‘Uyun). Jika miskin saja, Allah akan cukupi rizkinya. Bagaimana lagi jika yang bujang sudah berkecukupan dan kaya?
Dari ayat di atas, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,
التمسوا الغنى في النكاح
Carilah kaya (hidup berkecukupan) dengan menikah.”  (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim mengenai tafsir ayat di atas).
Disebutkan pula dalam hadits bahwa Allah akan senantiasa menolong orang yang ingin menjaga kesucian dirinya lewat menikah. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang tiga golongan yang pasti mendapat pertolongan Allah. Di antaranya,
وَالنَّاكِحُ الَّذِي يُرِيدُ الْعَفَافَ
“… seorang yang menikah karena ingin menjaga kesuciannya.” (HR. An Nasai no. 3218, At Tirmidzi no. 1655. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan). Ahmad bin Syu’aib Al Khurasani An Nasai membawakan hadits tersebut dalam Bab “Pertolongan Allah bagi orang yang nikah yang ingin menjaga kesucian dirinya”. Jika Allah telah menjanjikan demikian, itu berarti pasti. Maka mengapa mesti ragu?
(3) Orang yang menikah berarti menjalankan sunnah para Rasul
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلاً مِن قَبْلِكَ وَجَعَلْنَا لَهُمْ أَزْوَاجًا وَذُرِّيَّةً
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka istri-istri dan keturunan.” (QS. Ar Ra’du: 38). Ini menunjukkan bahwa para rasul itu menikah dan memiliki keturunan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَرْبَعٌ مِنْ سُنَنِ الْمُرْسَلِينَ الْحَيَاءُ وَالتَّعَطُّرُ وَالسِّوَاكُ وَالنِّكَاحُ
Empat perkara yang termasuk sunnah para rasul, yaitu sifat malu, memakai wewangian, bersiwak dan menikah.” (HR. Tirmidzi no. 1080 dan Ahmad 5/421. Hadits ini dho’if sebagaimana kata Syaikh Al Albani dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth. Namun makna hadits ini sudah didukung oleh ayat Al Qur’an yang disebutkan sebelumnya)
(4) Menikah lebih akan menjaga kemaluan dan menundukkan pandangan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
Wahai para pemuda, barangsiapa yang memiliki baa-ah[1], maka menikahlah. Karena itu lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagai obat pengekang baginya.” (HR. Bukhari no. 5065 dan Muslim no. 1400).
Imam Nawawi berkata makna baa-ah dalam hadits di atas terdapat dua pendapat di antara para ulama, namun intinya kembali pada satu makna, yaitu sudah memiliki kemampuan finansial untuk menikah. Jadi bukan hanya mampu berjima’ (bersetubuh), tapi hendaklah punya kemampuan finansial, lalu menikah. Para ulama berkata, “Barangsiapa yang tidak mampu berjima’ karena ketidakmampuannya untuk memberi nafkah finansial, maka hendaklah ia berpuasa untuk mengekang syahwatnya.” (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim)
Itulah keutamaan menikah. Semoga membuat mereka-mereka tadi semakin terdorong untuk menikah. Berbeda halnya jika memang mereka ingin seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yang belum menikah sampai beliau meninggal dunia. Beliau adalah orang yang ingin memberi banyak manfaat untuk umat dan itu terbukti. Itulah yang membuatnya mengurungkan niat untuk menikah demi maksud tersebut. Sedangkan mereka-mereka tadi di atas, bukan malah menambah manfaat, bahkan diri mereka sendiri binasa karena godaan wanita yang semakin mencekam di masa ini.
Menempuh Jalan yang Benar
Kami menganjurkan untuk segera menikah di sini bagi yang sudah berkemampuan, bukan berarti ditempuh dengan jalan yang keliru. Sebagian orang menyangka bahwa menikah harus lewat pacaran dahulu supaya lebih mengenal pasangannya. Itu pendapat keliru karena tidak pernah diajarkan oleh Islam. Pacaran tentu saja akan menempuh jalan yang haram seperti mesti bersentuhan, berjumpa dan saling pandang, ujung-ujungnya pun bisa zina terjadilah MBA (married be accident). Semua perbuatan tadi yang merupakan perantara pada zina diharamkan sebagaimana firman Allah Ta’ala,
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isro’: 32)
Kemudian nasehat kami pula bagi mahasiswa yang masih kuliah (masih sekolah) bahwa bersabarlah untuk menikah. Sebagian mahasiswa yang belum rampung kuliahnya biasanya sering “ngambek” pada ortunya untuk segera nikah, katanya sudah tidak kuat menahan syahwat. Padahal kerja saja ia belum punya dan masih mengemis pada ortunya. Bagaimana bisa ia hidupi istrinya nanti? Kami nasehatkan, bahagiakan ortumu dahulu sebelum berniat menikah. Artinya lulus kuliah dahulu agar ortumu senang dan bahagia karena itulah yang mereka inginkan darimu dan tugasmu adalah berbakti pada mereka. Setelah itu carilah kerja, kemudian utarakan niat untuk menikah. Semoga Allah mudahkan untuk mencapai maksud tersebut. Oleh karenanya, jika memang belum mampu menikah, maka perbanyaklah puasa sunnah dan rajin-rajinlah menyibukkan diri dengan kuliah, belajar ilmu agama, dan kesibukan yang manfaat lainnya. Semoga itu semakin membuatmu melupakan nikah untuk sementara waktu.
Adapun yang sudah mampu untuk menikah secara fisik dan finansial, janganlah menunda-nunda! Jangan Saudara akan menyesal nantinya karena yang sudah menikah biasa katakan bahwa menikah itu enaknya cuma 1%, yang sisanya (99%) “enak banget”. Percaya deh!
Semoga sajian ini bermanfaat. Wallahu waliyyut taufiq.
dari tausyiah 'belajar islam"

TIPS MENCINTAI DIRI SENDIRI

Untuk membantu kita wanita mengembangkan sikap percaya diri dan mencintai diri sendiri, aQ ambil dari beberapa buku dan majalah yang pernah aku baca..........kiat kiat antara lain :

1. Menerima.
Menerima apa yang kita miliki adalah pemberian Alloh yang paling indah dan berharga. Sehingga kita akan selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Alloh SWT kepada kita ( termasuk kekurangan kita lo.....)

2. Kenali diri sendiri.
Ketahui apa yang anda suka dan yang tidak suka. Ketika merawat diri dengan melakukan apa yang memang jadi minat anda, tentu anda tidak akan merasa terpaksa dan semakin termotivasi.
Jangan langsung puas dengan keadaan sekarang. kalau masih ada yang bisa dilakukan, mengapa tidak?
Yang penting sesuai dengan diri sendiri dan tidak aneh-aneh...........

3. Pelajari anatomi tubuh.
Jangan menyamakan tubuh anda dengan milik tetangga atau teman dekat anda. Mungkin secara genetis ia adalah orang berkulit terang, sementara anda tidak. SEbaliknya anda tidak memaksakan diri untuk memiliki kulit putih seperti dia. Artinya kita kudu wajib mensyukuri anatomi tubuh kita.

4. Jangan terlalu memikirkan apa yang ada di kepala orang.
Lebih baik anda memikirkan apa kelebihan dan kekurangan diri kita...sehingga kita bisa lebih fokus untuk memperbaiki diri daripada hanya sekedar menyenangkan orang lain.

5. Bersikaplah kritis.
Jangan langsung menerima mentah mentah tawaran teman terhadap anda. Pikirkan dulu positif n negatifnya....sehingga nantinya tidak akan merugikan anda.....

6. Perluas pengetahuan dan kembangkan sopan santun serta menghargai orang lain.
Cerdas dan berperilku baik....juga cantik lhooo....artinya tampilan kita secara luar dan dalam akan membuat kita makin cantik dalam bergaul. Tambah pengetahuan dengan membaca, browsing atau saling tukar pikiran dengan teman yang lebih baik dari kita.
Bersikap sopan santun terhadap orang2 di sekeliling kita, sopan santun yang keluar dari hati kita, bukan sopan santun karena cari muka.....
Menghargai orang lain.....dengan saling menjaga perasaan orang orang di sekeliling kita.....

7. Sadarilah bahwa tubuh anda adalah milik anda sendiri.
Apabila kita mencintai tubuh kita dengan sepenuh hati.....Aura positif akan muncul dengan otomatis.... Cantik kan tidak harus putih......ya gak?????
Rawatlah diri Qta demi kesehatan dan suami Qta.....
Kalo ada yang memuji kita cantik....????? anggap saja sebagai bonus hehehe............

Semoga tulisan ini ada manfaatnya......mohon kritik dan sarannya ya......lagi belajar buat tulisan....
Makasih sebelumnya buat yang mau kasih komentar, kritik, saran, n tambahan.......
Wasalam

Cinta akan membuat kehidupan suami istri menjadi lebih indah,,,

menikah adalah menjalankan agama sesuai dgn fitrah manusia, hikmah yg diambil dari pernikahan adalah munculx ketentraman jiwa.
Dengan pernikahan akan tumbuh kecintaan,kasih sayang,dan kesatuan interaksi antara pasangan suami istri.

Dengan pernikahan keturunan umat manusia akan tetap berlangsung semakin banyak dan bersikenambungan dengan trah yang jelas.

Sesuai dengan ungkapan sederhaba " Rumahku Surgaku " Rumah laksana surga akan dapat dirasakan jika orang didalamx dapat mnejalin hubungan dengan penuh kasih sayang, bukankah salah satu tujuan dari pernikahan agar tercipta kehidupan rumah tangga yang damai,tentram, n sejahtera,,,amien

Pelaku utama dalam kehidupan rumah tangga adalah suami istri,keduax laksana dua sahabat dan anggota team yang harus kompak dalam membina biduk rumah tangga. Agar team ini bisa solid, antara suami istri harus bisa melakukan fungsi dan peranx masing masing sesuai dengan tugas dan kewajibanx. Dan satu hal yang juga penting adalah bagaimana cinta antara keduax bisa terus tumbuh dengan subur.

" Cinta akan membuat kehidupan suami istri menjadi lebih indah " kita bisa bayangkan bagaimana keringx suasana rumah tangga bila cinta itu memudar atau bahkan hilang ???. maka akan sangat mungkin kemudian akan memicu munculx konflik. tidak mudah memang menyatukan dua orang pribadi yang berbeda,berasal dari latar belakang yang berbeda,yang memiliki kebiasaan,karakter,keinginan yang berbeda pula,

Banyak cara yang dapat dilakukan utk menumbuhkan dan merawat cinta kasih diantara suami istri. kalau suami istri telah berupaya beberapa waktu tuk menumbuhkan rasa cinta kasih tapi belum bisa ,mungkin memang perlu waktu.

" Kesabaran merupakan langkah utama ketika muncul persoalan dalam kehidupan keluarga " agama menganjurkan kepada suami istri agar bergaul dengan cara yang baik,serta mendorong mereka untuk bersabar dengan keadaan masing masing pasangan. Karena boleh jadi didalamx terdapat kebaikan kebaikan.

KUAKUI BAHWA AKU MENCINTAINYA …

Ya, aku memang mencintainya. Aku mencintainya mengalahkan cinta seseorang kepada kekasihnya. Bahkan manakah cinta orang-orang yang jatuh cinta dibanding cintaku ini?!
Ya, aku mencintainya. Bahkan demi Allah, aku merindukannya. Aku merasakan sentuhannya yang lembut, menyentuh relung hatiku. Aku tidak mendengarnya melainkan rinduku seakan terbang ke langit, lalu hatiku menari-nari dan jiwaku menjadi tentram.

Aku mecintaimu duhai perkataan yang baik

Aku mencintaimu duhai perkataan yang lembut

Aku mencintaimu duhai perkataan yang santun.

Alangkah indahnya ketika seorang anak mencium tangan ibunya seraya berkata, “Semoga Allah menjagamu ibu”.

Alangkah eloknya ketika seorang ayah senantiasa mendo’akan anaknya, “Ya Allah ridhoilah mereka, dan bahagiakan mereka di dunia dan akhirat”.

Alangkah bagusnya ketika seorang istri menyambut kedatangan suaminya dengan senyuman seraya berkata, “Semoga Allah tidak menjauhkan kami darimu, rumah ini serasa gelap tanpa dirimu”.

Alangkah baiknya ketika istri melepaskan kepergian suami bekerja di pagi hari, ia berkata, “Jangan beri kami makan dari yang haram, kami tidak sanggup memakannya”.

Kalimat dan ungkapan yang indah, bukankah begitu? Bukankah kita berharap kalimat dan ungkapan seperti ini dikatakan kepada kita? Bukankah setiap kita berangan-angan mengatakan kalimat-kalimat seperti ini kepada orang-orang yang dicintainya? Akan tetapi kenapa kita tidak atau jarang mendengarnya?

Penyebabnyanya adalah kebiasaan. Barangsiapa yang membiasakan lisannya mengucapkan kata-kata yang lembut berat baginya untuk meninggalkannya, begitu pula sebaliknya.

Orang yang terbiasa memanggil istrinya dengan kata “kekasihku” sulit baginya memanggil istrinya seperti sebagian orang memanggil istrinya, ‘Hei ..hai ..”. atau “Kau ..” dan lain sebagainya.

Barangsiapa yang terbiasa memulai ucapannya kepada anaknya, “Ananda, Anakku, Putriku” tidak seperti sebagian lain yang mengatakan, “Bongak .. jahat ..setan!” maka ia berat mengucapkan selain itu.

Kenapa kita tidak bisa mengucapkan satu ungkapan cinta saja kepada anak-anak kita, ibu kita, dan keluarga kita? Jika adapun kalimat tersebut keluar dengan malu-malu.

Kenapa lisanmu terkunci di dekat istrimu atau dihadapan ayah dan ibumu, sedangkan dihadapan temanmu, kata-katamu begitu mesra?!

Biasakanlah – misalnya- mengucapkan kepada ibumu, “Ibu, do’akan kami. Apakah ibu ingin titip sesuatu agar ananda beli sebelum ananda berangkat?”

Biasakanlah mengucapkan kepada anakmu kata-kata (sayangku, anakku) dan apabila ia mengambilkan sesuatu untukmu seperti segelas air katakana kepadanya Jazakallah atau ungkapan terima kasih.

Jika putra atau putrimu meminta sesuatu darimu dan engkau sanggup memberikannya serta itu baik untuknya katakanlah kepada mereka dengan tulus, “Dengan sepenuh hati, ayah akan bawakan untukmu”.

Cobalah kata-kata dan kalimat yang lembut dan senyuman yang manis, lalu lihatlah hasilnya!

Lihatlah bagaimana Nabi kita shollallahu ‘alaihi wa sallama berbicara kepada anak istrinya.

Perhatikanlah kelembutan hatinya, serta keindahan tutur katanya.
Beliaulah sebaik-baik suri teladan.